Bahkan, mengenalku
dengan rahasia-rahasia yang Tuhan berikan padaku pun, kamu belum, cinta….
Mungkin j alan yang ku lalui ini adalah jalan kesunyian
Untuk Tuhan dan mengikuti manusia paling mulia sepanjang zaman
Hijrah dari keinginan dan rasa senang yang melalaikan
Asing terasa di hadapan manusia dan di tengah dunia
Mencintaimu tanpa kecemasan
Mencoba selalu jatuh cinta padamu tanpa keinginan
Akan seperti apa takdir kita di masa depan
Di hadapan Tuhan semua kan aku pasrahkan
Jangan pernah merasa cinta itu berkurang
Fokus dan tetaplah erat kau genggam tanganku
Apapun yang terjadi nanti
Ramai atau sunyi jalan yang ku pilih nanti
Itu menjadi jalan yang Tuhan tunjukan
Dengan taat atau terpaksa
Zuhud mungkin menjadi jalan satu-satunya
Bahwa banyak yang aku rahasiakan tentang diriku padamu, itu
tentu saja. Bukan karena aku egois – yak, kamu boleh menilaiku dari sudut
pandang itu, tapi karena belum saatnya. Lalu
kapan? Mudah-mudahan, sebentar lagi ketika kewajibanmu di kampus itu selesai. Keluarlah
dari kurungan itu, lalu engkau akan tahu aku ini burung yang memiliki sayap seperti apa.
Aku berani menjaminmu, cinta, di jaman ini kamu akan kesulitan
menemukan seorang pria yang hidup dengan visi besar dalam hidupnya. Dan tentang
pernikahan kita, tentu, aku punya visi untuk itu. Bukan sebatas menyatunya dua
keluarga, dua jiwa, dua cinta – selama dua tahun itu, tapi tentang menciptakan
suatu generasi yang unggul : para primus
interpares. Dan kita tahu, akan ada jalan panjang dan melelahkan untuk
mencapai itu. Di manapun aku berada, akan aku lahirkan generasi-generasi petarung, generasi-generasi tangguh,
yang tak mudah dilemah-kalahkan oleh zaman yang semakin edan. Karena, ketika Tuhan ‘menciptakan’ kekacauan, maka Dia juga yang
akan menciptakan hamba-hamba pemberani untuk merapikan kekacauan itu. Dan aku
ingin – harus, menjadi bagian dari mereka : hamba-hamba rabbani. Jika tidak,
untuk apa aku diciptakan ke dunia ini, cinta? Aku tak mau menjadi manusia remeh
di hadapan-Nya.
Dua tahun ini belum apa-apa, cinta. Kita belajar berjalan
pun belum. Kita masih merangkak, belajar berucap, dan banyak-banyak mengamati,
mendengar, apa yang memang seharusnya kita pelajari. Kamu boleh marah padaku,
benci, dan segala sifat gelap yang aku jamin sekuat tenaga aku tak akan
melakukan itu padamu. Kamu boleh mengeluh, membangkang padaku, tapi jangan
terlalu lama. Karena jika kamu tak segera mengendalikan hatimu, aku takut musuh
abadi manusia – setan – yang akan menuntun hidupmu selanjutnya.
Dua tahun ini aku, kita belajar banyak hal. Dan Tuhan pun
malam kepulanganku darimu, akhirnya membuka pintu – hijab – Nya. Membuatku kini
benar-benar melihat diriku di atas diriku sendiri. Aku seperti seekor kuda yang
dikendalikan oleh seorang kusir. Jika malaikat adalah kuda-kuda yang ditutup
matanya, sedangkan kita, manusia, mata kita dibiarkan terbuka. Dan aku kini
mengerti, kuda dan kusir itu adalah satu, tapi engkau tak bisa mengatakan kuda
adalah kusir. Itu dua hal berbeda. Kini seakan aku duduk di atas takdirku
sendiri. Melihat jalan-jalan pilihan takdir, mana yang boleh, tak boleh, dan
seharusnya aku pilih. Cinta, aku tak akan memaksamu untuk buru-buru menaatiku –
aku paham aku ini ‘aneh’ (misterius). Aku hanya ingin kamu terus bertahan
mengikuti aku, sekalipun pikiranmu meminta untuk lari ke tempat yang menurutmu
lebih nyaman.
Tak mungkin kita berani menghitung-hitung apa saja yang
telah Tuhan berikan, dan apa saja yang Tuhan belum atau bahkan tidak berikan
pada kita. Jangan pernah memaksa-Nya. Doamu untuk dipersatukan denganku telah
dikabulkan-Nya. Kita dianugerahi jagoan yang sangat mungkin kita membayangkan
akan ‘sebahagia’ ini pun tidak. Kita diberikan banyak hal, tapi selalu saja
hati kita berada di tempat lain ketika Tuhan ‘datang’.
Dua tahun ini belum apa-apa, cinta. Selama aku sehat dan
masih diberikan usia, jalan yang Tuhan tunjukan saat ini akan terus aku daki,
seterjal apapun itu. Kamu masih ingat, sebelum aku dating ke rumahmu dulu aku
sering berkata :
Pasti kamu akan sangat terkejut
Duniaku di sana adalah pertempuran
Jika aku seorang ksatria berkuda
Membawamu serta dalam perang di atas kuda-ku
Adalah resiko besar
Bukan berarti aku tak sanggup
Tapi aku tak mau engkau terluka di sana
Sampai saat ini, pertempuran itu pun masih berlanjut. Jangan
bertanya kapan usainya, tapi siaplah selalu dengan kekuatan besar yang kita
tanam setiap saat. Jangan pernah berdoa pada Tuhan agar hidup kita dimudahkan. Tapi
berdoalah agar Dia menguatkan kita. Agar ‘punggungku’ yang di atasnya berada
banyak manusia yang aku jaga, selalu tangguh tegak tak terjatuh apapun pukulan
yang aku terima nantinya.
Dua tahun ini belum apa-apa, cinta. Fokuslah pada
kewajibanmu disana. Didik jagoan kita dengan cinta, seperti aku mendidikmu dari
pertama kali kita bertemu. Terulah bertahan di sana, karena aku tak akan
memaksamu untuk memasuki medan tempurku di sini. Satu yang pasti, aku tidak
melupakan kalian.
Akan terus tetap seperti ketika pertama kita saling menatap
Visi besar yang berada di hadapan harga diriku
Akan menjadi rasa bangga untukmu yang menemani hidupku
Apa yang menjadi mimpi-mimpi itu
Lambat perlahan akan kesana kita berjalan
Yang kan membedakan kita ada di golongan kiri ataukah kanan*
Happy Anniversary, cinta
Sabtu, 14 Juli 2018
*Al-Balad ayat 18
أُولٰٓئِكَ أَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ
Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
@Ruang Tugas Sekolah Kecil kita☕😘
أُولٰٓئِكَ أَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ
Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
@Ruang Tugas Sekolah Kecil kita☕😘
No comments:
Post a Comment